Title: Love
Is Complicated ~part 2
Main Cast: Park
Hyunna (Imaginary Cast)
Lee
Taemin (SHINee)
Song
Hye In (Imaginary Cast)
Genre: Romantic
Ini part 2 buat fanfict gue yang super geje. huahahaha. tambah geje kah? sepertinya begitu :D Part ini lebih sedikit dibanding part sebelumnya. mianhe^^ happy reading^^
“kau …”
Lee Taemin POV
“aku yakin kau bisa” hanya kata-kata itu yang bisa ku ucapkan pada
Hyunna sebelum dia masuk ruang audisi.
Aku menunggu dengan gelisah dan cemas. Aku tidak tahu
mengapa aku merasa seperti ini. Aku hanya ingin dia lolos audisi sehingga kami
akan sering bertemu saat masa trainee. Kebahagiaanku ketika lolos barusan
seakan hampa bila dia juga tidak ikut lolos. Ya Tuhan, mengapa aku seperti ini?
Mengapa aku perduli pada gadis yang baru aku kenal beberapa jam yang lalu? Aku
tidak pernah peduli kepada orang lain tapi kenapa dia sekarang mengambil alih
pikiranku. Apa aku….? Tidak! Ini hanya karena dia sekarang temanku. Ya hanya
TEMAN!
Park Hyunna POV
Aku mengikuti ahjussi tadi ke ruang audisi. Aku mengedarkan
pandanganku ke ruang studio yang cukup besar dengan dinding kaca
disekelilingnya. Terdapat 2 meja disana yang ditempati oleh seorang pria yang
sudah cukup tua dan seorang wanita muda yang cantik. Jelas tentu mereka adalah
juri. Mereka mempersilahkan aku masuk dan mulai mengamatiku dari mulai ujung
kaki sampai ujung kepala.
“Annyeonghaseyo, choneun Park Hyunna imnida.” Aku
membungkukan badanku dalam-dalam. Mereka hanya ber-‘hm’ ria menanggapi
perkenalanku.
“oke agasshi, silakan mulai menunjukkan apa yang kau punya.”
Perintah ahjussi tadi.
“Ne..” aku pun mulai menyanyikan lagu ‘I am the Best’-2ne1
yang sedari kemarin aku pelajari.
Setelah bernyanyi aku pun menarikan koreografi dari lagu tersebut. Aku
benar-benar mengeluarkan apa yang aku punya. Aku benar-benar ingin lolos.
“yak cukup.” Kata juri wanita cantik tadi saat aku
meyelesaikan tarianku.
“Park Hyunna-ssi, nyanyianmu merdu dan tarianmu bagus. Kau
mempunyai bentuk badan yang ideal untuk seorang idola , tetapi………”
Lee Taemin POV
25 menit kemudian Hyunna keluar dari ruang audisi dengan
wajah sedih. Aku mulai merasa ada yang tidak beres disini.
“Bagaimaana Hyunna-ssi? Kau lolos kan?” kataku langsung saat
dia sudah ada duduk disampingku.
Dia tak menjawab. Dia hanya duduk terdiam dengan wajah
datar. Tidak menunjukkan ekspresi apapun. Aku pun ikut diam. Menunggunya untuk
bersuara.
“Taemin-ssi…” tiba-tiba dia memanggilku. Aku yang sedari
tadi melamun memikirkan apa yang terjadi padanya, terkejut dipanggil secara
tiba-tiba.
“Ne? apa kau tidak enak badan?” tanyaku khawatir.
“Gwenchana, aku…..” dia menggantungkan kalimatnya.
“Ne?” tanyaku lagi.
“aku….lapar” jawabnya polos. Aku terpana dengan jawabannya
itu.
“Taemin-ssi! Mengapa kau berekspresi seperti itu? Apa kau
tidak mau menemaniku makan?” tanyanya. Masih dengan wajah datar.
“aah ani, aku akan menemanimu makan. Kajja! Kita ke café
yang tadi saja.” Ajakku. Dia mengangguk lalu berdiri dan melangkah gontai
mengikutiku. Sesampainya di café, aku langsung menuju meja dekat jendela
yang tadi siang diduduki oleh kami. Suasana café masih sama tenangnya dengan
tadi siang, apalagi ini bukan jam makan siang.
“Hyunna-ssi, kau mau pesan apa?’ tanyaku padanya saat
pelayang memberikan buku menu pada kami.
“aku mau pesan burger dan vanilla late.” Katanya pada pelayan.
“aku mau pesan pudding coklat dan chapuchinno saja.” Kataku
pada pelayan yang langsung mencatat pesanan kami dan pergi dengan membawa buku
menu tadi.
Hyunna memandang keluar jendela dengan wajah datar. Tatapan
matanya seperti menerawang. Apakah dia tidak lolos audisi sehingga dia bersikap
seperti ini?
“Hyunna-ssi, gwenchana?” tanyaku lagi setelah beberapa saat
terdiam
“apa aku terlihat menyedihkan?” tanyanya tanpa mengalihkan
pandangan.
“menyedihkan? Mengapa begitu?” tanyaku yang masih bingung dengan
sikapnya itu.
“aku sudah sangat keras berjuang Taemin-ssi, bahkan aku
menolak meneruskan perusahaan appa bersama eonniku, tetapi….hhh” Dia tidak
melanjutkan kata-katanya barusan, dan malah semakin membuatku penasaran.
“apa ada yang membuatmu sedih saat audisi tadi?”tanyaku hati-hati.
Takut menyinggung perasaannya.
Dia tidak menjawab pertanyaanku barusan.
Aku semakin yakin bahwa dia tidak lolos audisi. Tiba-tiba
perasaan sedih menyelimutiku. Aku menundukkan kepalaku. Ada rasa sakit yang
menghujam tubuhku. Ada perasaan tak rela yang tiba-tiba menghantuiku. Kenapa
ini? Apa yang terjadi?
“Mianhe Park Hyunna…” tiba-tiba kata-kata barusan meluncur
dengan lancar dari mulutku. Aku mengangkat kepalaku dan mendapati Hyunna sedang
melihatku dengan ekspresi terkejut. Aku pun terkejut kenapa bisa berkata
seperti itu.
“hhh maksudku aku turut bersedih kau tidak lolos audisi.
Kukira kita akan bersama-sama menjalani masa trainee yang berat itu. Kau tahu?
Kau adalah temanku. Aku hanya punya 2 teman, kau dan dia…” aku seketika
terdiam. Kenangan yang menghantuiku selama ini kembali muncul. Kenangan ‘dia’
yang tak pernah bisa aku lupakan. Kenangan yang ingin aku lupakan
selama-lamanya.
“kk..kau? hanya 2? Kau bercanda Taemin-ssi.” Ucapnya tidak
percaya.
“aku mengatakan hal yang sebenarnya. Tidak percaya juga
tidak apa-apa. Aku termasuk anak yang susah bergaul dengan orang lain, tetapi
denganmu rasanya mudah saja.” Kataku. Dia terlihat terkejut lalu kembali
berekspresi datar.
Pesanan kami pun datang. Aku langsung meyeruput
chapuchinnoku. Hatiku benar-benar kacau sekarang.
“Mianhe” katanya tiba-tiba.
“ne?” tanyaku bingung.
“maaf membuatmu sedih” jelasnya.
“ani. Aku tidak apa-apa. Seharusnya kau yang tidak boleh
sedih. Tenang saja Hyunna, mungkin belum waktunya.” Hiburku. Dia tersenyum
geli.
“sedih? Apa aku terlihat sedih?” tanyanya. Dia tersenyum
lebar sekarang. Aku hanya bisa tercengang mendapati perubahan sikap Hyunna
sekarang.
“kkk..kenapa bertanya seperti itu? Jelas tentu ekspresimu
tadi mengatakan kau sedang bersedih.” Hyunna sekarang memandangku geli.
“Taemin-ssi… gomawo.” Ucapnya tulus. Aku yang sedang melahap
pudingku pun langsung tersedak.
“untuk apa berterimakasih Hyunna-ssi?” jawabku polos. Aku
semakin bingung dengan sikap Hyunna.
“karna kau menganggapku temanmu. Kau membuatku merasa
beruntung menjadi temanmu kkkk~ “ aku terperangah. Aku hanya menatapnya takjub.
Gadis ini benar-benar mirip dengan dia…
[FLASHBACK]
“Taemin-ah gomawo”
katanya tiba-tiba.
“untuk apa kau
berterima kasih padaku? Memangnya apa yang ku beri padamu? Seharusnya aku yang
berterimakasih” tanyaku bingung. Gadis ini benar-benar penuh kejutan. Aku bahkan
tak tahu namanya tetapi kemarin dia memberiku komik baru, tadi pagi dia
meminjamkan bola basketnya padaku, dan sekarang dia malah berterimakasih?
Padahal kan aku tidak memberinya apa-apa, lagipula aku juga tidak meminta dia
memberikan apapun padaku, jadi buat apa aku membalasnya?
“terimakasih telah
menjadi temanku. Kau adalah teman terbaikku Taemin-ah. Kau membuatku merasa
beruntung menjadi temanmu” Dia pun bangkit dari posisi duduknya dan tersenyum
padaku.
“gomawo Taemin-ah ,
jeongmal gomawo.” Katanya lagi lalu berlari menjauhiku.
[FLASHBACK END]
“Taemin-ssi… Taemin-ssi…” panggilan Hyunna menyadarkanku
dari lamunan.
“ne? oh ya cheonmaneyo. Aku juga beruntung menjadi temanmu.”
Ucapku tulus.
“kkk~ oh ya Taemin-ssi, aku punya kejutan untukmu.” Hyunna
mengambil sesuatu dari dalam tasnya.
“ne? kejutan? Apa itu?” tanyaku penasaran.
“INI DIAAAAA” dia menunjukkan kertas warna emas kepadaku.
aku terperangah.
“kkk…kau! Kau diterima audisi? Bagaimana mungkin?” tanyaku
tak percaya.
“tentu saja bisa. Aku kan hebat. “ jawabnya narsis. Aku
mengamati kertas emas itu lagi, lalu mengambil kertas emas punyaku di dalam
tas. Memang kertas yang sama. Berarti…
“kau berakting?” tanyaku
“hahahahahahaha kau kena Taemin-ssi” Hyunna tertawa
terpingkal-pingkal mendapati aktingnya berhasil menipuku. Aku mendengus sebal
lalu ikut tertawa bersamanya menyadari bodohnya aku bisa tertipu olehnya.
“kau sangat sedih aku tidak lolos? Bagaimana mungkin mereka
mengabaikanku yang sangat berbakat ini.” Ucapnya membanggakan diri.
“wajahmu tadi sangat jelek Hyunna-ssi makanya aku khawatir
hahaha. Aktingmu bagus sekali sampai aku tertipu begini.” Sindirku.
“hehehe mianhe. “
“akan ku balas kau nanti. Lihat saja.” Tantangku. Kami pun
melanjutkan kegiatan makan kami. Kami mulai mengobrol dan bersenda gurau
layaknya sahabat lama.
“Taemin-ssi aku mau ke toilet sebentar ya.” Aku hanya
mengangguk.
Aku mengamati
punggungnya yang menjauh dengan perasaan aneh. Gadis ini penuh dengan kejutan.
Sama seperti ‘dia’…
Park Hyunna POV
[FLASHBACK]
“Park Hyunna-ssi,
nyanyianmu merdu dan tarianmu bagus. Kau mempunyai bentuk badan yang ideal
untuk seorang idola , tetapi………” juri wanita itu menggantungkan kalimatnya.
Hening beberapa saat…
“Park Hyunna-ssi..”
“Ne?” tanyaku bingung.
“Maaf……… kau lolos.”
Juri wanita itu menyodorkan kertas emas kepadaku dengan acuh.
“nnn..ne?” tanyaku
lagi. Aku tidak bergerak sedikit pun.
“kau lolos” jawab
ahjussi tadi sambil tersenyum .
“oooaaahh
kamsahamnida…. Kamsahamnida..” aku mengucapkan kata terimakasih berulang kali
dan membungkukan badanku dalam-dalam. Aku lalu mengambil kertas emas itu dari
tangan juri wanita. Dia tersenyum saat aku mengambilnya.
Sesaat saat aku akan
keluar ruang audisi terbesit ide jail di otakku. Ya! Aku akan berakting sedih
di depan Taemin. Hahaha sepertinya tidak apa-apa kalau aku memberinya kejutan.
Hanya sesekali kan ide jail melintas di otakku. Kkkk~
[FLASHBACK END]
Aku berjalan dengan santai menuju toilet. Aku tersenyum
mengingat ekspresi Taemin saat aku menunjukkan kertas emas –bukti aku lolos audisi. Wajahnya sangat lucu saat terkejut.
Aku mendorong pintu toilet dan langsung masuk ke bilik kedua
yang kosong. Aku sudah kebelet dari tadi karena menahan tawa saat aku
berakting. Kkk~
Setelah selesai aku bercemin dan membersihkan noda saus di bajuku saat aku makan tadi. Tiba-tiba hapeku berbunyi…
Put your hands up…put
your hands up….putputputput…
Song Hye In calling…
“yoboseyo” sapaku .
“yoboseyo Hyunna, bagaimana audisinya?” Tanya Hye In to the
point.
“aku lolos Hye In!!!! aku juga mendapat teman baru disini.
Dia juga lolos audisi.” Jawabku antusias.
“Ya Hyunna! Chukkae. Kau memang sahabat ku yang paling
DAEBAKK!” Hye In berteriak semangat. Tanpa sadar aku meneteskan air mata haru.
Hye In memang sahabatku yang paling baik.
“Gomawo Hye In-ah. Jeongmal gomawo. Kau telah mendukungku
begitu dalam. Aaah kau memang sahabat terbaikku.” Ucapku tulus.
“Cheonmaneyo. Kau juga sahabat terbaikku. Oh ya, kau bilang
teman baru? Nuguya? Omo, jangan sampai karena kau sekarang punya teman baru,
aku kau lupakan. Aku takkan pernah rela kalau begitu ceritanya.” Rungut Hye In.
hahaha ternyata dia cemburu.
“Namanya Lee Taemin, seorang namja yang menyenangkan. Dan
jelas tentu kau tetap akan menjadi sahabat ku yang nomer SATU!” ucapku mantap.
Hye In hanya tertawa diujung sana. Setelah beberapa saat diisi dengan tawa Hye
In , hening menyelimuti kami.
“Lee Taemin? Sepertinya aku tidak asing dengan nama itu. “
tiba-tiba Hye In membuka suara. Aku mencerna setiap kata Hye In barusan. Pertanyaan
Hye In membuatku mengerutkan kening, berpikir. Apakah Hye In mengenal Taemin?
“Kau punya teman bernama Taemin? Aku tidak tahu kau punya
kenalan bernama Taemin.”
“Tidak. Hanya saja aku penasaran, bagaimana rupa Taemin
teman barumu itu” nada suara Hye In seperti menyembunyikan sesuatu dariku. Tapi
aku tidak memperdulikannya. Dia sahabatku dan tak seharusnya aku mencurigainya
tanpa sebab.
“Nanti kalau ada kesempatan, aku akan memperkenalkannya
padamu” sahutku riang.
“oke. Oh ya Hyunna-ah, sekarang aku mau pulang, kau mau aku
jemput?” tanyanya.
“aah tidak usah, aku pulang sendiri saja. Kalau begitu
sampai jumpa nanti Hye In-ah. Aku tutup teleponnya.” Aku menolaknya halus. Aku tahu pasti Hye In
sangat lelah sekarang jadi aku tak mau merepotkannya. Lagipula aku masih mau
mengobrol dengan Taemin.
Setelah mengecek penampilanku sebelum aku keluar, akupun berjalan
santai ke pintu toilet. Baru saja beberapa langkah aku keluar tiba-tiba aku tertubruk seseorang. Dalam hitungan
detik aku sudah tersungkur ke lantai karena terpental tubuh orang yang
menabrakku. Ponsel yang sedang aku genggamku pun terjatuh entah dimana.
“kau tidak apa-apa?” tanya seseorang, sepertinya orang yang
menabrakku tadi. Dia pun membantuku berdiri.
“oh ya aku baik-baik saja.” Jawabku saat aku sudah berdiri
dengan tegak. Aku memperhatikan orang yang menabrakku. Dengan jaket hitam,
kacamata hitam, dan topi hitam, dia terlihat seperti teroris dibandingkan
orangh biasa. Apa dia tidak kepanasan
dengan pakaian seperti itu? Pikirku.
“oh ya ini ponselmu yang terjatuh tadi. Mianhe.” Katanya sembari
menyodorkan ponselku.
“tidak apa-apa. Aku juga tidak berhati-hati tadi hehe”
jawabku.
“kalau begitu saya pergi dulu. Sekali lagi saya minta maaf”
dia pun membungkukan badannya untuk permintaan maaf lalu tersenyum.
“Ne” jawabku singkat. Eeeeh tunggu.. sepertinya senyuman itu
pernah aku lihat. Dimana yaaa. Ahh mungkin perasaanku saja.
Aku pun berjalan kembali ke tempat dudukku.
AUTHOR POV
Hyunna kembali ke tempat duduknya dan melihat Taemin sedang
asyik dengan ponselnya.
“Hyunna-ssi! Apa yang kau lakukan di toilet? Aku sampai
lumutan menunggumu tahu!” tanya Taemin tiba-tiba sambil menggerutu tak jelas.
Hyunna yang baru saja melanjutkan memakan burger yang tadi sempat tertunda pun
sampai terkaget-kaget karena kata-kata Taemin yang tiba-tiba itu.
“hehe mianhe. Tadi ada telefon dari sahabatku jadi lupa
waktu kkk~” kata Hyunna cengengesan.
“hah dasar perempuan…” gerutunya. Hyunna hanya mengangguk-anggukan
kepalanya.
“Taemin-ssi, ngomong-ngomong, tadi kau bilang kau hanya
punya 2 teman dan salah satunya adalah aku. Kenapa seperti itu?” tanya Hyunna
tiba-tiba. Tiba-tiba muka Taemin berubah pucat.
“jjj..jika kau tak mau bercerita juga tak apa-apa. Maaf karena
aku lancang bertanya seperti itu.” Kata Hyunna buru-buru karena meilhat Taemin
hanya terdiam mematung. Sesaat terjadi keheningan diantara mereka.
“Dia adalah teman saat aku kecl dulu. Dia adalah tetanggaku
saat aku masih tinggal di rumah yang lama. Dia seorang anak perempuan yang
manis tapi misterius. Aku bahkan tidak tahu namanya, karena setiap bertanya,dia
hanya tersenyum. Dia selalu berusaha mendekatiku dan selalu ada dimanapun aku
berada. Dia selalu membantuku mengerjakan pr, meminjamkan bola saat aku bermain
dengan teman-teman laki-lakiku yang lain dan hal-hal kecil lainnya. Dia mengatakan
bahwa itu adalah sikap seorang teman. Aku hanya menganggap angin lalu
perkataannya itu. Bagiku dia hanya seorang anak perempuan aneh yang selalu ada
disekitarku. Tapi pikiranku tentangnya berubah saat dia berterima kasih
kepadaku karena aku telah menjadi temannya. Dia berterima kasih padaku lalu
pergi entah kemana setelahnya, sejak saat itu dia tidak pernah muncul
dihadapanku , tidak pernah sampai sekarang. Setelah dia pergi aku mulai merasa
kalau aku adalah orang yang jahat yang telah menyia-nyiakan orang yang peduli
terhadapku, jadi aku menutup diri dengan yang namanya teman. Aku takut
ditinggal lagi….” Taemin bercerita panjang lebar. Dia menatap ke luar dengan
pandangan sayu. Sepertinya kenangan itu sangat membuatnya merasa bersalah.
Hyunna yang sedari tadi mendengarkan cerita Taemin hanya
tertunduk diam. Dia merasakan pusing yang amat sangat setelah mendengar cerita
itu. Seperti ada paku besar yang menusuk kepalanya. Taemin yang menyadari
keadaan Hyunna pun mulai terlihat khawatir.
“Taemin-ssi sepertinya aku tidak enak badan. Aku ingin
pulang sekarang..” Hyunna bangkit dari kursinya.
“kau tidak berakting kan?” tanya Taemin memastikan. Dia hanya
takut Hyunna berakting seperti tadi.
“kali ini aku serius Taemin-ssi kkk~ ayo, kurasa kau juga
harus bersiap untuk besok. Besok kan masa trainee kita akan dimulai” Hyunna
lalu memanggil pelayan untuk membayar makanan mereka.
“eh aku saja yang bayar Hyunna-ssi” tawar Taemin.
“aku kan yang mengajakmu jadi aku yang mentraktir. Sudahlah,
kalau nanti ada kita makan bersama lagi maka kau yang akan bayar.” Kata Hyunna
lalu membayar makanan mereka.
“aiissh.. kau ini. Baiklah lain kali aku yang akan membayar.”
Jawab Taemin lalu tersenyum geli.
Setelah Hyunna membayar makanan, mereka pun berjalan bersama
ke luar café. Di luar, cuaca terlihat mendung padahal tadi siang sangat cerah.
“Hyunna-ssi, kau mau pulang bersamaku?” tawar Taemin saat
mengeluarkan motor sport dari saku celananya.
“aah tidak terimakasih Taemin-ssi, aku membawa mobil. Itu
dia mobilku.” Tunjuk Hyunna pada salah satu mobil sedan yang tadi dia parker dekat
gedung SM.
“oke kalau begitu sampai jumpa besok Hyunna-ssi. Jangan sampai
terlambat besok” taemin melambaikan tangan pada Hyunna yang sudah berjalan
mendekati mobilnya. Hyunna hanya tersenyum dan sesekali membalas lambaian
tangan Taemin.
Saat mobil Hyunna sudah melaju pergi, Taemin masih belum
beranjak dari tempatnya tadi. Sekarang dipikirannya hanya tertuju pada Hyunna
dan teman masa kecilnya dulu…
TBC~
Tidak ada komentar:
Posting Komentar